Fenomena 'Girl Math' di Media Sosial: Antara Humor dan Kebiasaan Finansial yang Perlu Dicermati

Istilah Girl Math menjadi perbincangan hangat di TikTok dan media sosial lainnya sepanjang tahun lalu. Girl Math awalnya dimaksudkan sebagai lelucon tentang cara berpikir yang sering digunakan untuk membenarkan pengeluaran, terutama oleh perempuan. Namun, semakin luas penyebarannya, istilah ini justru menimbulkan diskusi serius mengenai pola konsumsi dan kesadaran finansial generasi muda.
Apa Itu 'Girl Math'?
Girl Math merujuk pada cara berpikir logika informal (dan sering kali keliru) yang digunakan untuk membenarkan belanja atau pengeluaran tertentu. Contohnya:
- Menganggap barang diskon sebagai "hemat", meski tidak dibutuhkan.
- Menghitung harga per pemakaian agar terasa lebih murah ("sepatu ini Rp2 juta tapi akan kupakai 100 kali, jadi cuma Rp20 ribu sekali pakai").
- Menganggap pengembalian barang sebagai "uang gratis".
- Merasa tidak mengeluarkan uang jika menggunakan e-wallet atau poin.
Meski dikemas dalam format humor dan relatable content, tren ini menyebar cepat dan banyak digunakan untuk membenarkan kebiasaan belanja impulsif.
Dampak 'Girl Math' terhadap Kesadaran Finansial
Meskipun Girl Math terlihat lucu dan ringan, beberapa ahli keuangan menilai bahwa jika tidak dikritisi, tren ini bisa menyesatkan prinsip keuangan yang sehat. Berikut beberapa dampak potensialnya:
- Normalisasi Belanja Impulsif
Banyak pengguna media sosial yang membenarkan pembelian barang mahal hanya karena alasan emosional atau logika yang dibuat-buat. Ini bisa memperburuk kebiasaan konsumtif, terutama pada remaja dan dewasa muda. - Kesulitan Mengelola Anggaran
Pola pikir seperti “uang dari refund bukan uang saya” bisa membuat keliru dalam pengelolaan anggaran bulanan. Akibatnya, banyak orang merasa tidak tahu ke mana uang mereka pergi. - Kurangnya Literasi Finansial
Di balik tren ini, Girl Math menunjukkan masih rendahnya literasi keuangan di kalangan pengguna media sosial. Banyak yang belum memahami konsep dasar seperti nilai waktu uang, opportunity cost, dan perencanaan jangka panjang.
Di sisi lain, ada juga suara yang menyayangkan istilah ini karena dianggap memperkuat stereotipe bahwa perempuan tidak pandai mengelola uang. Beberapa netizen bahkan menyarankan untuk mengganti narasi dengan pendekatan edukatif seperti Smart Girl Finance.
Tren Girl Math mencerminkan dinamika antara budaya populer dan perilaku finansial. Di satu sisi, tren ini menyenangkan dan menghibur. Namun perlu ada kesadaran bahwa keputusan keuangan yang sehat tidak bisa selalu dibenarkan meskipun dengan alasan untuk konten sosial media.
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
PT Dipo Star Finance berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Copyright ©2024 PT. Dipo Star Finance. All Right Reserved